Jumat, 25 April 2008

Plastik yang lebih abadi daripada cinta

Aku ada pertanyaan nih, mohon dijawab dengan jujur yah:

Q: Kalau kamu lagi ada di mobil/kendaraan umum, dengan minuman (seperti soda) atau makanan ringan (seperti Chiki/Taro), lalu isi makanan/minumannya sudah habis, apa yang kamu lakukan pada bungkusnya?

A. Langsung dibuang ke luar jendela mobil

B. Dibuang ke dalam tempat sampah di dalam kendaraan

C. Disimpan di dalam saku/tas untuk nantinya dibuang ke tempat sampah (kalau tidak ada)

Kalau kamu orang Indonesia sejati (hehe maaf nyindir dikit yah), aku yakin banget kamu pasti jawab pilihan A. Enggak mungkin dipungkiri lagi, itu sudah merupakan sesuatu yang pasti.

Aku sendiri akui, kalau aku dahulu termasuk dalam kategori orang-orang yang memilih jawaban A, yang tidak pernah mempedulikan apa dan siapa saja yang akan merasa dirugikan akan tindakan tersebut.

Namun dua tahun pengalaman tinggal di Singapura telah mengubah hidupku menjadi orang yang memiliki disiplin terhadap kebersihan lingkungan.

Kenapa di Indonesia tidak kita mulai disiplin seperti itu juga?

Padahal, yang rugi bukan hanya mereka para tukang pembersih jalanan loh. Kita semua juga rugi, dengan adanya dampak negatif dari sampah plastik tersebut pada lingkungan.

Sekadar "info kaget" nih, kalau kamu belum tahu:

1. Plastik mengakibatkan kematian jutaan hewan tiap tahunnya baik di laut maupun di darat. Contoh paling umum adalah kura-kura yang sering tercekik oleh jeratan limbah plastik.

2. Plastik bisa bertahan utuh sampai 500 tahun dan hanya bisa dihancurkan dengan cara dibakar pada suhu 800⁰C.

Jadi kesimpulannya… plastik itu abadi. Ya, jangka hidup plastik bahkan lebih abadi daripada klaim kamu sama si doi kalau kamu akan mencintai dia selamanya.

Kenapa? Coba saja bayangkan, 500 tahun itu waktu yang sangat lama loh.

Seandainya kamu masih belum sadar betapa lamanya 500 tahun itu, aku kasih contoh nih.

Popok yang kamu pakai pas kamu masih bayi, kan ada bahan plastiknya tuh.

Nah, sekarang kita andaikan saja bahwa hidup kamu bisa mencapai 80 tahun. Terus, setelah kamu meninggal, apakah plastik dari popok yang kamu pakai ketika masih bayi itu sudah hancur?

Belum!

Malah setelah kamu punya anak cucu sekalipun, masih bertahan hidup aja tuh popok kamu.

Minimal harus ada Tujuh-Turunan sebelum itu popok bisa hancur total.

Ironis nggak?

Contoh lain nih…

Menurut sejarahnya, Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun. Itu berarti sekitar tahun 1600an.

Sekarang sudah tahun 2008, yang berarti 400 tahun setelah kedatangan kapten Belanda yang pertama kalinya ke Banten.

Nah sekarang kita berandai-andai saja, ketika itu si kapten Belanda tersebut minum dari botol Aqua (misalnya loh), terus dia buang ke tempat sampah yang lalu dikubur ke dalam tanah.

Selama selang waktu dari tahun 1600an sampai 2008 sekarang, sudah ada milyaran perubahan signifikan yang terjadi di tanah Nusantara.

Ternate-Tidore berperang dan berdamai, Pattimura sudah dihukum pacung, Soekarno sudah selesai baca teks Proklamasi, Soeharto sudah mundur dari jabatan, dan Presiden SBY sudah dilantik.

Pertanyaanku sekarang: Apakah botol Aqua si kapten Belanda itu sudah hancur?

Belum!

Yang ada malah tuh plastik botol Aqua dalam tanah tetep utuh aja.

Konyol nggak sih?

Sekarang ada orang yang berkoar begini:

“Kenapa nggak dibakar aja tuh plastik? Kalau dibakar bisa langsung hancur kan?”

Hahaha… pertanyaan yang logis, hanya sayangnya itu bukan alternatif yang baik.

Kenapa?

Karena justru kalau plastik itu dibakar, asap yang dihasilkan mengandung zat-zat kimia yang amat, sangat beracun, yang kalau dibiarkan lepas ke udara malah turut “membantu” memperparah perusakan ozon.

Dan sebelum asap plastik tersebut mencapai ozon, sudah pasti akan mencapai hidung kita terlebih dahulu.

Jadi ya…. Selamat menghirup racun deh!

Jadi solusinya gimana dong?

Gampang.

Pertama-tama, kita kembali ke pertanyaan yang aku ajukan di awal postingan blog ini.

Bisa tidak, kamu pilih jawaban B atau C ketika lain kali kamu naik kendaraan?

Kalau kamu bisa, bagus. Lebih bagus lagi kalau kamu memang sudah memilih B atau C dari sejak awal.

Karena itu berarti bahwa kamu sudah punya kesadaran yang tinggi pada alam.

Dan ingat, material plastik tidak 100% bisa didaur-ulang secara efektif. Kita nggak bisa mengandalkan para pendaur ulang untuk konservasi lingkungan.

Karena para pendaur ulang tersebut hanya berkisar antara 0.1-0.2% dari umat manusia.

Sedangkan untuk menyelamatkan lingkungan, seluruh umat manusia (99.999%)harus turut ambil bagian.

Karena ini bumi, dan ini tempat tinggalku.

Dan tempat tinggalmu juga.

Memang ternyata setelah dipikir-pikir lagi…. Plastik ternyata lebih abadi daripada cinta yah?

1 komentar:

  1. keren :)
    setuju banget min !
    izin ngopi yaa , buaat bahan presentasi ;)

    BalasHapus

 

Jakarta Hijau | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates