Rabu, 30 Juli 2008

Baterai Isi Ulang

Sekitar satu milyar baterai dibeli di seluruh dunia setiap tahunnya; dan ini berarti ada jutaan yang dibuang. Sebagian besar di antaranya dibuang ke TPA (Tempat Penampungan Akhir), di mana komponen-komponen beracun dari beberapa baterai bisa melepuh dan menguap, mengkontaminasi air, darat, dan udara.

Solusi paling praktis, menurut para peneliti, adalah dengan menggunakan baterai isi ulang. Baterai isi ulang keluaran baru jauh lebih baik dan lebih bisa diandalkan daripada yang keluaran lama - dan bisa langsung digunakan setelah dikeluarkan dari bungkusan paket. Yang lebih baik lagi adalah, baterai-baterai tersebut bisa diisi ulang, dan muatan listrik di dalamnya hanya akan hilang sebanyak 15% jika tidak digunakan selama setahun lamanya.

 

 

Sumber: News Canada

Jumat, 11 Juli 2008

Transportasi Gratis

Kalteng Hidupkan Kembali Bus Air

Rabu, 06-02-2008 | 01:15:35

PALANGKA, BPOST - Transportasi bus air yang pernah menjadi primadona angkutan barang dan jasa di pedalaman Kalimantan Tengah akan dihidupkan kembali dengan beroperasinya dua unit bus air dalam waktu dekat.

“Kedua unit bus air itu akan dioperasikan melayani angkutan masyarakat pedalaman di sepanjang sungai Katingan dan sungai Seruyan,” kata Wakil Kepala Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kalteng Hariadi Hamzah, Senin (4/2).

Menurut dia, pengoperasian kedua bus air akan difokuskan di kedua jalur sungai tersebut karena sampai saat ini masih belum memiliki trayek angkutan sungai reguler yang memadai.

Ketiadaan angkutan sungai di dua jalur sungai itu menyebabkan masyarakat di daerah pedalaman, baik hulu maupun muara, sulit mengakses wilayah perkotaan yang berlokasi di tengah alur sungai.

Pada era 1980-an hingga 1990-an, bus air sempat menjadi andalan transportasi satu-satunya bagi warga di padalaman untuk mencapai wilayah perkotaan, yang saat itu masih belum saling terhubung dengan angkutan darat.

“Bus air ini merupakan program Departemen Perhubungan dengan dana satu unitnya sekitar Rp 2miliar, dan tahun ini hanya dialokasikan lima unit, dua di antaranya untuk Kalteng,” jelas Hariadi.(ant)

Kabar gembira datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pemerintah setempat telah menyediakan angkutan air gratis, angkutan ini mempunyai keistimewaan yang membuat angkutan ini layak dipilih oleh warga Banjarmasin. Selain angkutan ini gratis, keistimewaan lainnya yakni lebih aman dan nyaman.

Angkutan air yang baru ini adalah bus air. Dan tahukah kamu, selama ini pelajar yang tinggal di tepi sungai Martapura dan Barito menggunakan kapal kayu untuk pulang dan pergi sekolah. Dan bahayanya kapal kayu tersebut selalu dipenuhi oleh penumpang, maka dari itu jumlahnya perlu ditambah, agar semua penumpang dapat terangkut. Nah, bus air yang baru disediakan pemerintah ini sangat membantu kekurangan transportasi kapal kayu tersebut.

Angkutan air gratis ini sudah diterapkan sekitar bulan September 2007, tahun lalu. Dan sudah mulai digunakan oleh warga Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sabtu, 05 Juli 2008

Pelarangan kantong plastik di berbagai belahan dunia

RRC (Cina Daratan) telah memulai usaha dalam menangkal kebiasaan penduduk mereka yang rata-rata menghabiskan 3 milyar kantong plastik setiap harinya. Karena plastik terbuat dari minyak, Cina terpaksa mengkonsumsi 37 juta tong minyak per tahun untuk kebiasaan boros plastik ini.

Pada awal tahun 2008, pemerintah Cina melarang produksi kantong plastik yang tebalnya di bawah 0,025 milimeter. Kantong plastik yang ukurannya terlalu tipis cenderung lebih mudah dibuang setelah sekali pakai.

Penjaga toko juga diancam akan terkena denda dan barang dagangannya disita jika melanggar peraturan ini.

Namun pada bulan Juni 2008 yang lalu, pemerintah Cina telah mengambil langkah yang lebih tegas, dengan menjalankan kebijakan yang melarang pemberian kantong plastik gratis sama sekali.

Kebijakan ini ditujukan untuk mengurangi banyaknya polusi dan sampah di negara itu.



Sejak kini, pelanggan harus membayar untuk bisa menggunakan kantong plastik atau membawa kantong mereka sendiri dari rumah.



Zhang Yongming, yang membawa tas kain setiap kali berbelanja, menyukai kebijakan tersebut. "Seharusnya pelarangan plastik ini sudah diterapkan dari dulu. 20 tahun lalu kan belum ada plastik, jadi kita menggunakan kardus dan tas yang dijahit sendiri"




Huang Yan juga membawa kantong plastiknya sendiri ketika berbelanja. "Ini kebijakan yang sangat baik tapi kok agak merepotkan ya," katanya.



Sebuah toko bahkan sudah mulai menjual tas kain sebagai sebuah tren mode. Seorang karyawan bernama Nona Tian, mengatakan bahwa tas tersebut lumayan laku terjual.



Tentu saja kebijakan baru ini membawa kontroversi tersendiri. Walau ramah lingkungan, pelarangan plastik mengancam kelangsungan hidup ratusan ribu karyawan perusahaan plastik. Sebuah pusat produksi plastik utama di kota Taizhou, propinsi Zhejiang, menghasilkan 40 milyar Yuan (40 trilyun Rupiah) setiap tahunnya. Dan tentu saja pembatasan penggunaan plastik di Cina dapat memberikan pukulan bagi ekonomi Cina.

Di Amerika Serikat, sebagian besar swalayan telah memilih untuk mengganti kantong plastik dengan kantong kertas. Namun penggunaan kantong kertas tentu saja membawa kerugiannya tersendiri.

Selain harganya yang lebih mahal daripada keresek (harga Rp500 per kantong), kantong kertas juga lebih rapuh dan mudah hancur jika kita memasukkan makanan dan minuman dingin ke dalamnya.

San Fransisco menjadi kota pertama di Amerika yang melarang kantong plastik di toko-toko besar pada bulan April 2008. Negara bagian New Jersey sedang mempertimbangkan untuk melarangnya sama sekali pada tahun 2010.

Kota Coles Bay di Tasmania, Australia menjadi "Kota Bebas Kantong Plastik Pertama di Australia" pada bulan April 2003. Kota-kota lainnya di Australia pun mulai berbondong-bondong mengikuti contoh kota tersebut. Pada bulan Januari 2008, menteri lingkungan Australia berharap bisa menghilangkan penggunaan plastik sama sekali di seluruh swalayan seantero negeri.

Bangladesh adalah negara besar pertama yang melarang kantong plastik pada tahun 2002. Pemerintah Bangladesh menyalahkan jutaan kantong plastik sebagai penyebab terblokirnya saluran air yang mengakibatkan banjir 1988.

Bhutan melarang kantong plastik, plang iklan di jalanan dan rokok sebagai bagian dari usaha meningkatkan "Bruto Kebahagiaan Negara".

Pada bulan Mei 2007, desa Modbury di Devon selatan, Inggris menjadi wilayah pertama yang bebas kantong plastik. Sebagai alternatif, mereka menjual tas daur ulang. 33 pemkot London berencana untuk melarang kantong plastik supertipis pada tahun 2009 dan mengenakan pajak yang tinggi pada yang lainnya.

Pada tahun 2005, Legislatif Perancis memilih untuk melarang plastik pada tahun 2010. Pulau Corsica di perancis menjadi pulau pertama yang melarang kantong plastik di toko-toko besar pada tahun 1999.



Negara bagian Maharashtra, India melarang produksi, penjualan, dan penggunaan kantong plastik pada bulan Agustus 2005, setelah banyak klaim yang menunjukkan bahwa plastik telah menyumbat saluran air setiap datangnya muson hujan. Negara bagian lainnya di India melarang plastik supertipis untuk mengurangi polusi dan kematian sapi yang dianggap suci dalam agama Hindu.





Pelarangan total kantong plastik akan diberlakukan di Italia dari tahun 2010.


(teks diadaptasi dari The Jakarta Post, dan gambar dari Jennifer Pak, BBC)

Jumat, 04 Juli 2008

Akankah kisah banjir Nabi Nuh terulang lagi?


Kejadian 6:17, 7:17

Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa. Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi; air itu naik dan mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi.

Sura Hud (11:37)

Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang lalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.


Kedua kutipan Alkitab dan Al-Quran di atas diambil dari kisah banjir Nabi Nuh. Dan banjir tersebut terjadi ribuan tahun yang lalu.



Tapi... tidakkah kamu merasa kalau kisah itu agak mirip dengan apa yang akan kita hadapi dalam waktu 50 tahun ke depan?

Aku nggak usah mengutip dari Al Gore di sini, dia udah lumayan tenar kok.




Seperti yang ditunjukkan oleh berbagai hasil penelitian, lebih dari 80% wilayah Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050, dan hal yang sama akan terjadi pada berbagai daerah rendah lainnya di dunia.




Jadi... hmm... apa yang kira-kira akan terjadi pada negara pulau seperti Vanuatu atau Singapura? Aku nggak akan spekulasi macem2 deh, tapi semoga aja rakyat negara mereka bisa diberkati Tuhan ketika waktunya tiba.

Seperti yang kita tahu, dampak-dampak kehancuran yang diakibatkan perubahan iklim sekarang ini sudah tidak bisa dielakkan lagi. Cepat atau lambat, kutub selatan akan mencair juga, sama halnya seperti puncak es di gunung Jayawijaya. Satu-satunya gunung es di Indonesia juga akan menghilang dalam waktu 80 tahun ke depan, entah kita mau atau tidak.

Untuk hari ini aku tidak akan menyediakan tips "hijau".

Tapi marilah kita melihat Pemanasan Global dari sisi lain, sebagai guyonan ringan:

Seandainya pada suatu hari nanti kamu melihat ada kakek-kakek berjenggot ubanan berkhotbah tentang bumi yang akan tenggelam, percaya saja deh sama dia. Kalau dia mengiklankan dirinya di internet atau CNN dan menanyakan masyarakat untuk membangun sebuah kapal pesiar super raksasa, atau pesawat Airbus yang luar biasa besarnya, atau pesawat Boeing super cepat, buruan saja ajukan pembiayaan untuk proyeknya. Entah dengan menyumbang harta, atau menyediakan tenaga kerja untuk membantu proyeknya.




Dan jangan lupa untuk minta dia mengizinkan kamu ikut masuk kapalnya sebagai "pembayaran".

Karena mungkin saja dia Nabi Nuh yang kedua.

(Sayang sekali Al Gore tidak berjenggot)

Kamis, 03 Juli 2008

Instruksi Presiden mengenai penghematan energi

Presiden Susiilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan untuk semua lembaga instansi, gedung-gedung perkantoran dan semua kalangan masyarakat agar menghemat pasokan listrik dan bahan bakar minyak secara besar-besaran. Karena harga minyak terus melambung dan diperkirakan akan mencapai U$170 per barel. Bila instruksi Presiden tidak digubris maka subsidi akan melonjak terus.

Ternyata masih banyak yang tidak megindahkan instruksi Presiden, bukti-bukti nya antara lain:

  • Air mancur di Gedung MPR masih dinyalakan sampai siang hari
  • Di ruang GBHN lampu menyala lebih dari cukup
  • Kendaraan dinas pejabat makasar yang telah diparkir, mesin dan AC nya masih dinyalahkan
  • Mobil Gubernur Sulawesi Selatan masih dinyalahkan

Dan yang menggembirakan, instruksi Presiden SBY sudah mulai ada yang melaksanakannnya, beberapa hal yang telah dilakukan antara lain adalah:

  • Lampu di Gedung Depdagri dimatikan
  • Di Ruang Balai Agung hanya 1 lampu yang dinyalakan dari 5 buah lampu yang biasanya di pakai

Rencana pemerintah ke depan yang sedang hangat-hangat nya di bicarakan adalah tentang pembatasan jam tayang siaran televisi. Jam tayang ini akan dibatasi sampai pukul 24.00 malam.

Rabu, 02 Juli 2008

Sebelum semuanya terlambat

Sungguh sebuah berita baik bagi Indonesia untuk menaiki tangga Indeks Pembangunan Manusia (HDI), standar internasional yang menentukan kemakmuran sebuah negara.

Secara keseluruhan, nilai HDI Indonesia telah meningkat dari 0.711 tahun lalu ke 0.728 tahun ini, yang menempatkannya pada posisi ke-107 di antara 177 negara yang disurvei. Indonesia telah berada dalam kurva meningkat sejak 1975, walaupun harus diakui bahwa peningkatannya masih sangat lambat, bahkan lebih lambat daripada tetangga ASEAN kita Vietnam.

Mungkin saja di khalayak banyak yang tidak peduli atau bahkan mengerti arti pentingnya sebuah data yang diperbaharui setiap tahunnya. Tetapi tetap saja kita harus menghadapi fakta bahwa setelah 3 dasawarsa laporan HDI pertama kali dipublikasikan, Indonesia tidak pernah menempati posisi lebih tinggi daripada no.107 walaupun mempunyai kekayaan alam yang berlimpah ruah.

Sudah jelas bahwa terdapat banyak kekurangan dalam metode yang diterapkan negeri ini dalam mendayagunakan Sumber Daya Alam (SDA)-nya, terlebih lagi hal itu juga tidak membawa manfaat sama rata bagi semua penduduk Indonesia. Bahkan ada suatu masa ketika sistem pemerintahan yang terlalu terpusat mengorbankan daerah-daerah ber-SDA tinggi dan penduduk lokal.

Angin perubahan sudah mulai mendesir ke pelosok nusantara dan beberapa pihak sudah mulai mengambil inisiatif untuk membayar kesalahan kita di masa lalu. Tetapi tentu saja tantangan untuk pengurangan angka kemiskinan tidak berhenti di situ. Jalan menuju kemakmuran akan jauh lebih panjang dan berbatu-batu bagi Indonesia, seperti yang dilaporkan dalam Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report).

Laporan tahun ini dengan sengaja telah mengangkat topik yang bahasan hangat di banyak negara berkembang, terutama Indonesia, yang usahanya mengurangi angka kemiskinan berisiko tersabotase oleh perubahan iklim.

Seperti yang sudah diperingatkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, perubahan iklim mengancam akan adanya musibah ganda, dengan adanya penderitaan rakyat miskin pada awal mula dan diikuti oleh bahaya jangka panjang bagi seluruh umat manusia.

Kita telah memasuki jangka awal “musibah ganda” ini dengan adanya banjir, tanah longsor, dan kekeringan di berbagai daerah. Pada semua peristiwa-peristiwa ini, penduduk miskin menjadi korban walau mereka tidak berhak menerimanya hanya karena kurangnya akses mereka pada sumber daya yang tepat.

Ketika banjir menenggelamkan banyak bagian Jakarta bulan Februari 2007 lalu, lebih dari 422.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Walaupun begitu, penduduk dari kelas-bawah adalah yang paling menderita karena kekurangan sumber daya untuk mencari tempat tinggal sementara lainnya, dan karena itulah mereka terpaksa tinggal di rumah mereka yang kebanjiran atau pindah ke tempat pengungsian yang disediakan Pemda Jakarta.

Ketika kekeringan jangka panjang menimpa belahan timur pulau Jawa bertahun-tahun yang lalu, lagi-lagi para petani yang harus menanggung beban paling berat hanya karena mereka tidak mempunyai tabungan yang bisa menolong mereka keluar dari kegagalan panen.

Sudah merupakan tanggung jawab kita semua, terutama pemerintah, untuk membantu masyarakat kelas-bawah untuk menghadapi perubahan iklim dengan dampak-dampaknya. Dan membantu orang-orang ini akan membutuhkan biaya.

Sampai akhirnya kita pun mendukung inisiatif pemerintah untuk mengusahakan didirikannya sebuah mekanisme pendanaan global melalui Dana Spesial Perubahan Iklim, untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi pada dampak-dampak perubahan iklim.

Selain pendanaan, strategi adaptasi yang lebih baik juga vital karena dampak dari perubahan iklim sangat mudah diprediksi.

Berbagai studi telah menunjukkan, misalnya, bahwa kalau kita melanjutkan bisnis seperti sekarang ini, bongkahan besar dari pesisir pulau Sumatera akan menghilang, sama seperti beberapa bagian dari pesisir timur Kalimantan dan bagian selatan Papua. Yang juga akan menerima dampaknya adalah jutaan penduduk yang tinggal di pesisir utara pulau Jawa.

Oleh karena kita mengetahui bahwa semua ini bisa terwujud menjadi realita yang harus kita hadapi dalam jangka waktu minimal 20 tahun dari sekarang, kita harus bertindak sekarang untuk mencegah hal itu terjadi. Sangatlah penting bagi pemerintah untuk menyatukan kesadaran akan alam dalam perancangan dan perencanaan kebijakan yang relevan.

Biarpun begitu, usaha-usaha untuk menghindari musibah di hadapan kita ini akan padam tanpa dukungan dari segenap lapisan masyarakat, termasuk sektor bisnis. Hal paling kecil yang bisa kita lakukan adalah mengubah gaya hidup kita yang terlalu eksploitatif, sementara pihak swasta bisa berinvestasi dalam pemberdayaan alam.

Kita semua memiliki tanggung jawab masing-masing untuk menyelamatkan alam. Bertindaklah sekarang, sebelum semuanya terlambat.

~Diterjemahkan dari editorial The Jakarta Post hari Jum'at, 30 November 2007 oleh Toshi~


Selasa, 01 Juli 2008

Mengubur masalah lama dengan masalah baru

Sebuah rantai hypermarket asal Perancis di Indonesia beberapa bulan silam membuatku tersentak dengan adanya program "hijau" oleh pihak manajemen mereka.

Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik di
Carrefour hypermarket tersebut, mereka memutuskan untuk menjual "Plastik Hijau" yang konon katanya sih, tahan lama.

Nah sekarang seandainya kantong plastik itu betul-betul tahan lama sekalipun, kira-kira penggunaan plastik akan berkurang, tidak?

Tentu tidak!

Mengganti kantong plastik putih dengan kantong plastik hijau tentu saja tidak otomatis membuatnya menjadi Hijau, bukan?

Seandainya mereka benar-benar punya inisiatif yang ramah lingkungan, pasti mereka sudah mengganti kantong tersebut dari segi bahannya, dan bukan dari faktor warna semata.

Menggunakan kantong dari kain bisa jauh lebih tahan lama dibanding kantong plastik hijau yang hanya terbatas pada beberapa kali pakai saja.
 

Jakarta Hijau | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates