Senin, 25 Mei 2009

Pikirlah sebelum makan

Sarapan

Supaya bisa menjaga kesehatan, kita disarankan mengkonsumsi makanan rendah karbohidrat. Jadi pada pagi hari, mesti pilih-pilih nih ada opsi apa saja di kulkas..

Roti panggang dengan selai srikaya? Lewat deh.

Nasi goreng? Sepertinya tidak.

Atau semangkuk sereal?

Tapi tunggu sebentar. Kalau sereal itu tidak diberi label organik, apakah itu berarti sereal tersebut berpotensi mengandung pestisida?

Dan bagaimana dengan susu? Mengandung hormon nggak ya?

Jadi pada pagi itu, pilihan yang paling bertanggung jawab sih sebetulnya lumayan sederhana: telur lokal yang diceplok, dengan bubuhan garam, merica, dan saus sambal…sambil dicelupkan ke dalam secangkir kopi (baca lebih lanjut di bawah).

 

Makan siang di kantin

Ketika teman-teman atau rekan kerja menyeret ke kantin, ada begitu banyak pilihan makanan yang menggoda. Sebagian besar digoreng sih, kecuali gado-gado yang berwarna-warni itu.

Yaa kamu tahu kan dampak buruk minyak goreng pada kesehatan kita. Tapi bagaimana dengan lingkungan?

Tidak selang beberapa lama ini ada sebuah laporan WWF yang menyebutkan bahwa konsumsi minyak kelapa sawit terus-menerus meningkat selama 30 tahun kalau dibandingkan dengan produk makanan olahan lainnya. Kelihatannya seperti bukan masalah sih, kecuali kalau kita perhatikan lebih detil bahwa permintaan pasar yang tinggi untuk kelapa sawit mengakibatkan banyaknya konversi hutan di daerah-daerah seperti Riau.

Lalu setelah kita lihat lagi jejeran makanan yang tersedia di kantin, gado-gado makin terlihat sebagai satu-satunya pilihan yang etis – terlebih lagi sayurnya lokal dan masih segar.

 

Kejenuhan menjelang sore

Entah di ruang kelas ataupun kantor, setelah jam 1 kok rasanya mulai jenuh deh otak ini. Satu-satunya jalan keluar yang langsung muncul adalah untuk berpaling pada si kafein. Lebih dari 500 milyar cangkir kopi diminum di seluruh dunia setiap tahunnya, dan hasil riset Harvard menunjukkan bahwa mereka yang minum kopi secara rutin berkemungkinan lebih kecil untuk mengidap penyakit Parkinson dan penyakit lainnya.

Namun riset itu tidak memberi tahu kita akan dampak buruk perkebunan kopi pada belasan cagar alam di Indonesia. Misalnya, tahukah kamu bahwa sebagian dari kopi yang kita minum berasal dari perkebunan ilegal di cagar alam di Lampung? Dari tempat tersebut, hasilnya diekspor dan dikemas sebagai kopi instan atau suplemen tenaga.

Jadi kalau lain kali kamu hendak menghirup dan mencicipi aroma kopi tanpa perlu merasa bersalah, datangilah toko kopi yang lumayan terkenal dan tanyakan pada Barista di situ mengenai kopi lokal dan asal-muasalnya. Apakah rasanya juga enak? Belilah sebungkus kopi dari situ dan bawalah pulang untuk sarapan pagi.

 

Belanja di supermarket atau pasar, ya?

Ketika kulkas sudah kosong, pastinya mesti diisi lagi dong!

Kini, pada beberapa supermarket sudah ada pembagian sayur-mayur dan buah-buahan berdasarkan kategori masing-masing seperti organik, hidroponik, impor, dll. Sebetulnya apa-apaan sih yang dimaksud dengan bahan-bahan tersebut?

Sudahlah, nggak usah pusing-pusing.

Lebih hemat kantong (dan ramah lingkungan) kalau kamu beli bahan-bahan tersebut di pasar tradisional kok. Para pedagang di pasar, selain menyediakan buah-buahan yang lebih bergizi, juga dipasok langsung oleh para petani dari sawah.

Untuk sebuah Duren Bangkok supaya bisa mencapai Jakarta membutuhkan 2.320 kilometer untuk transportasi laut. Yang bener aja deh, masa sih untuk beli buah aja mesti impor? Kapal yang mengangkut buah tersebut kan pastinya butuh bahan bakar juga, yang ujung-ujungnya hanya akan membuat jumlah karbon dioksida di udara semakin meningkat.

Mendingan beli yang asli lokal saja deh.

 

Di atas hanyalah beberapa contoh yang bisa kamu ambil supaya bisa hidup lebih sehat dan ramah lingkungan dengan makanan (tanpa perlu mengorbankan ketentuan 4 sehat 5 sempurna). Apakah rasanya terlalu sulit?

Yaa..tidak harus langsung semuanya dijalankan kok. Sedikit demi sedikit saja dahulu. Dan pikirkan dahulu mengenai asal makanan tersebut sebelum kamu memakannya.

 

Diadaptasi oleh Toshi dari The Jakarta Post Weekender edisi Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Jakarta Hijau | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates